Semarang, Kontak Perkasa Futures - Harga komoditas global melonjak sepanjang kuartal I-2022. Eskalasi geopolitik antara Rusia dan Ukraina jadi tema utama penguatan harga-harga hasil bumi tersebut. Bahkan hingga mengukir rekor harga baru.
Batu bara jadi juara komoditas dengan kenaikan 66,1% sepanjang kuartal I-2022. Sementara emas jadi paling bontot dengan kenaikan 5,2% sepanjang kuartal pertama 2022.
Lonjakan harga komoditas juga menguntungkan bagi Indonesia sebagai produsen hasil bumi utama dunia. Indonesia pun bisa mendapatkan pundi-pundi dari perdagangan ekspor yang mayoritas andalannya merupakan barang komoditas seperti batu bara, minyak kelapa sawit, tembaga, dan lain-lain.
Batu Bara
Harga batu bara terdorong oleh kekhawatiran pasar atas sanksi Rusia oleh negara barat dengan "mendepaknya" dari sistem keuangan internasional. Harga batu bara sempat meroket hingga mencapai US$ 487,5/ton dan jadi tertinggi sepanjang masa.
Masalahnya, Rusia merupakan eksportir batu bara terbesar nomor tiga dunia setelah Indonesia dan Australia. Pada tahun 2019, ekspor Rusia mencapai 217 juta ton.
Jika pasokan dari Rusia berhenti akibat perang, dunia akan kehilangan 17,8% pasokannya. Rusia juga merupakan negara asal impor nomor 2 terbesar China, konsumen utama, setelah Indonesia.
Berdasarkan data BP Statistical Review 2021, Indonesia merupakan pemilik cadangan batu bara terbesar ketujuh di dunia yakni mencapai 34,87 miliar ton, status hingga akhir 2020.
Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), status per Juli 2020, jumlah sumber daya batu bara RI mencapai 148,7 miliar ton dan cadangan 39,56 miliar ton.
Nikel
Posisi kedua adalah nikel. Komoditas bahan baku baterai kendaraan listrik tersebut melonjak 50,4% sepanjang kuartal pertama 2022.
Pasar nikel di bursa logam London (LME), bursa acuan dunia, sempat terguncang hingga menangguhkan perdagangannya. Sebab harga nikel diperdagangkan di US$ 100.000/ton karena aksi short selling pada 8 Maret 2022.
Gejolak harga nikel juga dipengaruhi oleh konflik antara Rusia dan Ukraina. Rusia merupakan salah satu produsen nikel terbesar di dunia. Rusia adalah produsen nikel terbesar nomor 3 di dunia dengan proyeksi produksi 250.000 ton pada 2021, mengacu data US Geological Survey (USGS). Jumlah ini setara dengan 9,25% produksi dunia.
Indonesia disebut memiliki cadangan logam nikel sebesar 72 juta ton Ni (nikel). Jumlah ini merupakan 52% dari total cadangan nikel dunia yang mencapai 139.419.000 ton Ni.
Data tersebut merupakan hasil olahan data dari USGS Januari 2020 dan Badan Geologi 2019.
Sementara untuk bijih nikel, berdasarkan data Kementerian ESDM tahun 2020, total sumber daya bijih nikel mencapai 8,26 miliar ton dengan kadar 1%-2,5%, di mana kadar kurang dari 1,7% sebesar 4,33 miliar ton, dan kadar lebih dari 1,7% sebesar 3,93 miliar ton.
Minyak Mentah Dunia
Harga minyak dunia berada di urutan ketiga harga komoditas paling cuan pada kuartal pertama 2022. Minyak dunia jenis Brent melesat 39,6%. Sedangkan jenis light sweet WTI 36,3%. Harga minyak sempat mencapai level US$ 139,13/barel pada 7 Maret 2022.
Kecemasan terhadap pasokan jadi pendorong harga minyak dunia. Minyak Rusia diboikot oleh Amerika Serikat dan saat ini Uni Eropa sedang mempertimbangkan melakukan hal yang sama. Hal ini membuat pasokannya terancam macet.
Rusia adalah negara nomor empat eksportir terbesar minyak mentah di dunia dengan pangsa pasar 11,4% terhadap total pasokan minyak dengan rata-rata ekspor 8 juta barel per hari (bph) selama sepuluh tahun terakhir, mengutip data BP Statistic.
Ditambah serangan ke kilang minyak Aramco menambah kekhawatiran terhadap pasokan minyak dunia.
Arab Saudi merupakan salah satu produsen minyak terbesar di dunia. BP Statistic mencatat produksi minyak sepanjang 2020 sebesar 11,04 juta barel per hari. Jumlah ini setara 12,5% total produksi minyak mentah dunia.
Komentar
Posting Komentar