Langsung ke konten utama

Bursa Asia Dibuka Semarak, Cuma Hang Seng yang Sudah Loyo

 

A woman walks past an electronic board showing Hong Kong share index outside a local bank in Hong Kong, Monday, April 1, 2019. Shares have surged in Asia following a bullish Friday on Wall Street, where the benchmark S & P 500 logged its biggest quarterly gain in nearly a decade. (AP Photo/Vincent Yu)Bursa Asia mayoritas dibuka menguat pada perdagangan Senin (29/3/2021), seiring dari penguatan bursa saham Amerika Serikat (AS) Wall Street pada perdagangan Jumat (26/3/2021) akhir pekan lalu.

Tercatat indeks Nikkei Jepang dibuka melesat 1,04%, Shanghai Composite China terapresiasi 0,33%, STI Singapura tumbuh 0,28%, dan KOSPI Korea Selatan menguat 0,13%.

Sedangkan untuk indeks Hang Seng Hong Kong dibuka melemah tipis 0,07% pada perdagangan pagi hari ini.


Pelaku pasar Asia, terutama di China dan Hong Kong akan mengamati proses debut perdagangan perusahaan streaming video China Bilibili di bursa saham Hong Kong (Hang Seng) pada hari ini. Bilibili mengikuti jejak dual listing perusahaan seperti Alibaba dan Baidu yang terdaftar di AS dan Hong Kong.

Pergerakan bursa Asia cenderung mengikuti bursa saham AS, Wall Street yang ditutup berterbangan pada perdagangan Jumat (26/3/2021) akhir pekan lalu.

Beralih ke Negeri Paman Sam (AS), bursa saham Wall Street ditutup berterbangan pada perdagangan akhir pekan lalu, setelah investor kembali memborong saham-saham yang harganya sudah cukup murah.

Dow Jones Industrial Average (DJIA) melesat 1,39% ke level 33.072,88, S&P 500 melonjak 1,66% ke 3.974,54, dan Nasdaq Composite melompat 1,24% ke 13.138,72.

Sepertinya akhir pekan lalu, investor mulai berani 'menyerok' saham yang harganya memang sudah murah. Pekan sebelumnya, S&P 500 turun 0,77%. Investor tentu ingin mempercantik portofolio mereka jelang akhir kuartal I-2021.

Akan tetapi, risiko di Wall Street (dan bursa saham dunia) tetap tinggi. Sebab, tren kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS masih terjadi.

Pada Sabtu (27/3/2021) pagi waktu Indonesia, yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun berada di 1,674%. Naik 6,02 basis poin (bp) dibandingkan hari sebelumnya. Sepanjang 2021, yield instrumen ini melonjak 76,22 bp.

Ekonomi AS yang semakin membaik membuat ekspektasi inflasi di Negeri Paman Sam terungkit. Bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) memperkirakan inflasi pada akhir 2021 akan berada di 2,4%.

"Sulit untuk menahan pertumbuhan ekonomi. Kami telah menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi secepat kami menurunkannya tahun lalu," kata Carl Tannenbaum, Kepala Ekonom Northern Trust dalam acara Reuters Global Markets Forum.

Ya, pertumbuhan ekonomi yang mendorong laju inflasi bisa berakibat The Fed bakal mulai mengetatkan kebijakan moneter. Suku bunga acuan yang sekarang dikisaran 0-0,25%, terendah dalam sejarah, bisa naik lebih cepat dari perkiraan.

"Hal yang dikhawatirkan adalah ekonomi bergerak terlalu cepat. The Fed bisa saja berubah pikiran," tambah Marvin Loh, Senor Global Macro Strategist di State Global Markets, seperti dikutip dari Reuters.

Saat suku bunga acuan betul-betul naik, maka yield (yang sensitif terhadap suku bunga) akan ikut terungkit. Akibatnya, investor akan semakin condong ke pasar obligasi ketimbang saham.

Jika bursa saham AS melemah, maka akan menjadi sentimen negatif bagi pasar saham dunia. Oleh karena itu, investor di pasar saham harus selalu waspada.

Sumber :  https://www.cnbcindonesia.com/market/20210329083020-17-233501/bursa-asia-dibuka-semarak-cuma-hang-seng-yang-sudah-loyo

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cek! Biar Ngerti, Ini 10 Parameter Pemilihan Baterai Listrik

  Indonesia memasuki era baru industri baterai listrik. Pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan mengumumkan pembentuk Indonesia Battery Corporation (IBC), induk usaha yang dibentuk untuk mengelola industri baterai terintegrasi dari hulu sampai ke hilir di Tanah Air. Apakah Indonesia terlambat? Pasalnya sudah 200 tahun terakhir sudah terjadi perkembangan signifikan baik dari segi riset pengembangan hingga penggunaan baterai untuk keperluan sehari-hari. Pemilihan baterai yang tepat tentu menjadi keputusan yang harus diperhatikan dengan teliti dan didasari oleh anslisis yang dalam dan menyuluruh. Pemilihan bateri tentu saja dipengaruhi oleh berbagai batasan, dari harga material hingga keamanan rantai pasokan. Berikut ini 10 parameter utama yang perlu diperhatikan dalam pemilihan baterai: 1. Spesific Energy Spesific energy adalah total muatan energi yang dapat disimpan di dalam baterai. Semakin banyak energi yang mampu disimpan, tentu ...

SMMA Buka Suara Soal Sinarmas AM Bersalah di Kasus Jiwasraya

  Semarang, Kontak Perkasa Futures - PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) menjamin tidak ada dampak yang dirasakan perusahaan atas keputusan pengadilan terkait PT Sinarmas Asset Management (SAM) di perkara korupsi Jiwasraya. Untuk diketahui, SMMA mengendalikan PT Sinarmas Asset Management (SAM) melalui PT Sinarmas Sekuritas, dengan kepemilikan sebesar 99,98%. Dalam keterbukaan informasi yang dikutip Selasa (5/4/2022), SMMA menyebut operasional bisnis dan aset yang dikelola perusahaan tidak terdampak putusan pengadilan. Aktivitas transaksi reksa dana yang dilakukan SAM dipastikan tetap berjalan normal. "SAM dan kami menghormati putusan tersebut dan berterima kasih atas aparat penegak hukum yang telah memproses perkara dimaksud sampai saat ini," tulis perusahaan. Perseroan juga menanggapi putusan denda Rp 1 miliar yang diberikan pengadilan terhadap perusahaan pengelola aset tersebut. SMMA menyebut SAM akan tunduk pada keputusan tersebut jika sudah berkekuatan huku...

Batu Bara Sampai Emas Meroket di Kuartal I, RI Makin Kaya

  Semarang, Kontak Perkasa Futures -  Harga komoditas global melonjak sepanjang kuartal I-2022. Eskalasi geopolitik antara Rusia dan Ukraina jadi tema utama penguatan harga-harga hasil bumi tersebut.  Bahkan hingga mengukir rekor harga baru.  Batu bara jadi juara komoditas dengan kenaikan 66,1% sepanjang kuartal I-2022. Sementara emas jadi paling bontot dengan kenaikan 5,2% sepanjang kuartal pertama 2022.  Lonjakan harga komoditas juga menguntungkan bagi Indonesia sebagai produsen hasil bumi utama dunia. Indonesia pun bisa mendapatkan pundi-pundi dari perdagangan ekspor yang mayoritas andalannya merupakan barang komoditas seperti batu bara, minyak kelapa sawit, tembaga, dan lain-lain.  Batu Bara Harga batu bara terdorong oleh kekhawatiran pasar atas sanksi Rusia oleh negara barat dengan "mendepaknya" dari sistem keuangan internasional. H arga batu bara sempat me...