Langsung ke konten utama

Batu Bara Pecah Rekor, Harga Saham Produsennya 'Ngamuk'

 Pekerja melakukan bongkar muat batu bara di Terminal Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (23/2/2021). Pemerintah telah mengeluarkan peraturan turunan dari Undang-Undang No. 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Adapun salah satunya Peraturan Pemerintah yang diterbitkan yaitu Peraturan Pemerintah No.25 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral.  (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Semarang, PT KPF - Saham-saham emiten pertambangan batu bara serentak melonjak ke zona penguatan pada awal perdagangan hari ini, Selasa (25/5/2021). Kenaikan saham-saham tersebut didorong oleh sentimen positif terkait melesatnya harga batu bara yang mencapai rekor kenaikan tertinggi tahun ini.

Berikut kenaikan saham batu bara, pukul 09.46 WIB.

  1. Harum Energy (HRUM), +4,08%, ke Rp 5.100, transaksi Rp 6 M

  2. Bumi Resources (BUMI), +3,39%, ke Rp 61, transaksi Rp 6 M

  3. Bukit Asam (PTBA), +2,36%, ke Rp 2.170, transaksi Rp 11 M

  4. Delta Dunia Makmur (DOID), +2,23%, ke Rp 366, transaksi Rp 8 M

  5. Indika Energy (INDY), +1,92%, ke Rp 1.325, transaksi Rp 4 M

  6. Adaro Energy (ADRO), +1,72%, ke Rp 1.180, transaksi Rp 25 M

  7. Bayan Resources (BYAN), +1,30%, ke Rp 15.600, transaksi Rp 625 juta

  8. Indo Tambangraya Megah (ITMG), +1,15%, ke Rp 13.175, transaksi Rp 7 M

Mengacu pada data di atas, terdapat 8 saham emiten batu bara 'kakap' yang melesat pagi ini.

Saham emiten besutan pengusaha Kiki Barki, HRUM, memimpin penguatan dengan melesat 4,08% ke Rp 5.100/saham. Nilai transaksi HRUM pagi ini tercatat sebesar Rp 6 miliar.

Di tengah penguatan harga saham, asing tercatat masuk ke saham HRUM dengan catatan beli besih Rp 502,65 juta.

Dengan ini, saham HRUM berhasil memutus tren pelemahan selama 4 hari beruntun, atau sejak 19 Mei pekan lalu.

Penguatan ini masih belum bisa mendongrak kinerja mingguan saham HRUM, yang masih ambles 12,77%. Sementara dalam sebulan saham ini masih naik 5,24%.

Di bawah HRUM, ada saham emiten Grup Bakrie, BUMI, yang terkerek 3,39% ke Rp 61/saham dengan nilai transaksi Rp 6 miliar.

Saham BUMI berhasil rebound dari pelemahan Senin (24/5) kemarin, ketika ditutup melorot 1,67%.

Dalam sepekan saham BUMI masih terkoreksi 1,61%, sementara dalam sebulan anjlok 6,15%.

Di peringkat ketiga ada saham pelat merah, PTBA, yang terapresiasi 2,36% ke Rp 2.170/saham dengan catatan transaksi sebesar Rp 11 miliar.

Kendati menguat, asing malah keluar dari saham ini dengan catatan jual bersih Rp 637,87 miliar.

Penguatan ini mengakhiri pelemahan saham PTBA yang berlangsung sejak 4 hari perdagangan lalu, 19 Mei pekan lalu,

Selama sepekan saham ini masih melorot 2,65% dan dalam sebulan ambles 6,78%.

Pada penutupan perdagangan Senin (24/5), harga kontrak futures (berjangka) batu bara termal ICE Newcastle melonjak 2,97% ke US$ 111,10/ton.

Kinerja harga komoditas batu bara minggu lalu ditutup dengan kenaikan tajam. Tak tanggung-tanggung harga batu bara 'ngegas' 6,56% dan tembus rekor tertinggi untuk tahun ini.

Setelah berhasil melampaui US$ 100/ton, harga kontrak futures (berjangka) batu bara termal ICE Newcastle belum mau turun. Di akhir pekan harga si batu hitam ditutup naik 5,37% ke US$ 107,9/ton.

Secara year to date (ytd) harga batu bara termal sudah naik 36,49%. Pasar batu bara global ditopang oleh permintaan di Asia. Namun tampaknya kenaikan harga tak mencerminkan maraknya kenaikan kasus Covid-19 di berbagai negara seperti India, Taiwan, Singapura dan Malaysia.

Seolah rem-nya blong, harga terus melesat. Ada kecenderungan para pelaku pasar terutama big money seperti hedge fund masuk ke bursa berjangka dan mengambil posisi long untuk berbagai komoditas. Salah satunya batu bara.

Tesis investasi yang mereka pegang adalah kenaikan inflasi yang tinggi. Inflasi merupakan salah satu fenomena yang umum dalam perekonomian. Ketika harga-harga naik berarti daya beli (purchasing power) suatu mata uang turun.

Tren depresiasi dolar AS di tengah kebijakan moneter ultra longgar dan fiskal countercyclical cenderung mendepresiasi nilai mata uang Paman Sam. Banyak yang mulai lari mencari perlindungan (hedging) dengan membeli aset-aset yang suplainya tidak bisa dikendalikan sesuka hati oleh otoritas layaknya mata uang fiat.

Sentimen boom komoditas juga ikut menjadi pendorong melesatnya harga bahan mentah yang banyak digunakan sebagai input perekonomian mulai dari minyak mentah, batu bara hingga logam dasar yang aplikasinya banyak untuk konstruksi hingga industri elektronik.

Di sisi lain pelaku pasar juga memanfaatkan momentum ketatnya pasokan batu bara China yang membuat harga domestiknya melambung. Minggu lalu harga batu bara termal acuan China Qinhuangdao 5.500 Kcal/kg naik lagi dan semakin dekati RMB 1.000/ton.

Kenaikan permintaan yang melampaui kapasitas produksi domestik adalah alasan dibalik melejitnya harga batu bara di Negeri Panda.

Meskipun harga batu bara Newcastle sudah tembus US$ 100/ton, tetapi selisih (spread) harga batu bara China yang masih positif dan lebar memberikan ruang untuk batu bara semakin menguat. 

Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20210525100139-17-248129/batu-bara-pecah-rekor-harga-saham-produsennya-ngamuk

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SMMA Buka Suara Soal Sinarmas AM Bersalah di Kasus Jiwasraya

  Semarang, Kontak Perkasa Futures - PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) menjamin tidak ada dampak yang dirasakan perusahaan atas keputusan pengadilan terkait PT Sinarmas Asset Management (SAM) di perkara korupsi Jiwasraya. Untuk diketahui, SMMA mengendalikan PT Sinarmas Asset Management (SAM) melalui PT Sinarmas Sekuritas, dengan kepemilikan sebesar 99,98%. Dalam keterbukaan informasi yang dikutip Selasa (5/4/2022), SMMA menyebut operasional bisnis dan aset yang dikelola perusahaan tidak terdampak putusan pengadilan. Aktivitas transaksi reksa dana yang dilakukan SAM dipastikan tetap berjalan normal. "SAM dan kami menghormati putusan tersebut dan berterima kasih atas aparat penegak hukum yang telah memproses perkara dimaksud sampai saat ini," tulis perusahaan. Perseroan juga menanggapi putusan denda Rp 1 miliar yang diberikan pengadilan terhadap perusahaan pengelola aset tersebut. SMMA menyebut SAM akan tunduk pada keputusan tersebut jika sudah berkekuatan huku...

Tambang Batu Bara di Kaltara Mau IPO, Cek Profil-Jadwalnya!

  Semarang, PT Kontak Perkasa Futures - Perusahaan tambang baru bara yang memiliki wilayah operasi di Kalimantan Utara, PT Prima Andalan Mandiri Tbk (MCOL), berencana melakukan penawaran umum perdana saham ( initial public offering /IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perseroan bersiap melepas sebanyak-banyaknya 355.560.000 saham baru atau sebanyak-banyaknya 10% dari total modal disetor dan ditempatkan penuh. Berdasarkan prospektus yang dipublikasikan di e-IPO, penawaran awal saham MCOL dilakukan dengan rentang harga Rp 1.420 - Rp 1.600 per saham. Dengan demikian dalam IPO ini target dana antara Rp 504,89 miliar hingga Rp 568,89 miliar. Dalam IPO ini, MCOL memberikan mandat kepada PT Buana Capital Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi. Saat ini perseroan sedang menggelar masa penawaran awal ( book building ) pada 28 Juli -16 Agustus, dengan perkiraan tanggal efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ditargetkan bisa dikantongi pada 30 Agustus mendatang...

Inggris Say Goodbye to Covid-19, Indonesia Juga?

  Semarang, Kontak Perkasa Futures - Setelah dua tahun bergumul dengan pandemi virus corona ( Coronavirus Disease-2019 /Covid-19), Inggris akhirnya sudah muak. Pemerintahan Perdana Menteri (PM) Boris Johnson memutuskan untuk mencabut segala bentuk pembatasan sosial ( sosial distancing ) di Negeri John Bull. Inggris berdamai dengan virus corona. Negeri itu siap hidup berdampingan. Berbicara di hadapan Parlemen Senin (21/2/2022) malam waktu Indonesia, PM dari Partai Konservatif itu memaparkan peta jalan ( road map ) untuk mengakhiri pembatasan sosial dan hidup dengan Covid-19. Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara (yang merupakan bagian dari Inggris Raya) boleh menerapkan kebijakan sendiri. "Covid-19 tidak hilang begitu saja, pemerintah tetap akan memantau berbagai mutasi varian yang mungkin saja berbahaya. Hari ini bukan harinya mendekralarasikan kemenangan terhadap Covid-19, karena virusnya belum pergi," papar Johnson, seperti dikutip dari Reut...