Semarang, PT KPF - Batu bara termal ICE Newcastle gagal menyentuh level US$ 100/ton pada penutupan perdagangan kemarin, Rabu (19/5) setelah ambles dari posisi tertingginya sepanjang 2021. Ada indikasi bahwa harga akan terkonsolidasi terlebih dahulu sebelum membentuk pola baru.
Harga kontrak futures (berjangka) batu bara acuan global tersebut turun 0,15% ke US$ 99,4/ton. Harga batu bara masih tertahan di level yang tinggi karena selisih (spread) harga batu bara Newcastle dengan Qinhuangdao (China) masih lebar.
Spread masih berada di kisaran US$ 50/ton. Artinya harga batu bara masih punya peluang untuk menguat lagi. Penguatan harga batu bara Newcastle juga akan ikut mengerek naik harga batu bara acuan (HBA) domestik.
Kemungkinan besar HBA untuk bulan Juni sudah akan tembus US$ 90/ton dan menjadi level tertinggi sepanjang tahun ini.
Namun dengan adanya kenaikan inflasi di Negeri Paman Sam, pelaku pasar khawatir bahwa kebijakan moneter akan diketatkan. Apalagi dalam risalah rapat komite pengambil kebijakan The Fed yang dirilis dini hari tadi menunjukkan bahwa para anggota komite mulai akan merencanakan tapering jika ekonomi terus menunjukkan pemulihan.
Langkah yang dipertimbangkan adalah terkait besaran pembelian aset keuangan yang selama ini dilakukan oleh The Fed. Program quantitative easing masih berjalan dan setiap bulannya The Fed akan membeli obligasi pemerintah dan aset keuangan lain senilai US$ 120 miliar.
Apabila inflasi terus meningkat juga dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi yang juga terus tergiring ke zona positif maka bukan tidak mungkin tapering atau pengetatan moneter bakal diterapkan lebih awal dari perkiraan.
Stance hawkish memang ditujukan untuk menahan perekonomian dari fenomena overheat. Namun di sisi lain hal ini akan membatasi ekspansi perekonomian yang tentunya akan berdampak pada permintaan komoditas sebagai bahan bakar maupun bahan baku berbagai produk.
Harga minyak kemarin drop 3% lebih atau turun US$ 2/barel dalam satu hari. Penurunan harga minyak sebagai bahan bakar fosil juga akan turut berpengaruh terhadap harga batu bara.
Apalagi konsumen batu bara terbesar seperti India sedang dilanda serangan kedua Covid-19. Harga batu bara sebenarnya bisa ambles kapan saja. Namun ketatnya pasokan China dan harga batu bara domestiknya yang melambung menjadi penahan anjloknya harga si batu hitam.
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20210520112238-17-246941/gagal-tembus-us--100-ton-harga-batu-bara-konsolidasi-dulu
Komentar
Posting Komentar