Langsung ke konten utama

Kabar Baik! Saham Bank 'The Big Four' Ngegas, Diborong Asing

 BRI juga memberikan layanan di kantor cabang BRI secara terbatas selama dua hari yakni pada tanggal 12 dan 15 Mei 2021.
Layanan perbankan yang diberikan diantaranya berupa pembukaan rekening, tarik setor simpanan, setoran pinjaman, complain handling, dan jual beli bank notes. Penebusan setoran BBM/Non BBM untuk layanan Pertamina bisa dilakukan di 135 kantor cabang. Sementara itu pelayanan pick up service layanan korporat PT. ASDP Indonesia Ferry bisa dilakukan di 37 kantor cabang

Semarang, PT Kontak Perkasa - Sebanyak empat saham emiten bank BUKU IV (bank dengan modal inti lebih dari Rp 30 triliun) dengan nilai kapitalisasi pasar (market cap) terbesar kompak melonjak ke zona hijau pada awal perdagangan pagi ini, Senin (31/5/2021).

Penguatan ini terjadi seiring investor asing cenderung melakukan aksi beli bersih (net buy) ke keempat saham tersebut.

Berikut gerak empat saham bank gede, pukul 09.06 WIB.


  1. Bank Rakyat Indonesia (BBRI), saham +1,97%, ke Rp 4.150, net buy Rp 55,44 M

  2. Bank Negara Indonesia (BBNI), +1,44%, ke Rp 5.275, net buy Rp 5,93 M

  3. Bank Mandiri (BMRI), +1,29%, ke Rp 5.875, net buy Rp 5,36 M

  4. Bank Central Asia (BBCA), +0,32%, ke Rp 31.800, net sell Rp 6,41 M.

Berdasarkan data di atas, trio saham bank pelat merah, BBRI, BBNI dan BMRI menduduki posisi pertama sampai ketiga. Adapun saham bank dengan market cap terbesar di bursa, BBCA, menduduki posisi keempat.

Keempat saham di atas melanjutkan kenaikan pada Jumat (28/5) minggu lalu.

Saham BBRI menjadi yang paling menguat, dengan naik 1,97% ke Rp 4.150/saham. Melonjaknya harga saham BBRI diwarnai aksi net buy asing sebesar Rp 55,44 miliar.

Hal ini membuat saham BBRI menjadi yang paling dibeli asing pada pagi ini, berada di atas saham emiten telekomunikasi BUMN PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dengan net buy 14,3 miliar.

Investor asing memang ramai-ramai membeli saham bank 'wong cilik' ini selama sepekan terakhir, dengan total beli bersih mencapai Rp 576,54 miliar di pasar reguler.

Dengan ini, saham BBRI melanjutkan penguatan sejak Jumat (28/5) pekan lalu, ketika ditutup melesat 3,04% ke Rp 4.070/saham. Alhasil, dalam sepekan saham BBRI naik 7,97%, sementara dalam sebulan terapresiasi tipis 0,72%.

Di posisi kedua ada saham BBNI yang terangkat 1,44% ke Rp 5.275/saham. Asing juga tercatat masuk ke saham BBNI dengan nilai net buy Rp 5,93 miliar.

Sama seperti BBRI, saham BBNI kembali menguat, setelah pada Jumat lalu naik 0,97% ke Rp 5.200/saham.

Penguatan ini belum mampu mengubah harga saham BBNI dalam sepekan, alias masih stagnan 0,00%. Sementara dalam sebulan saham ini masih anjlok 9,75%.

Kemudian, ada saham BBCA, yang naik 0,32% ke Rp 31.800/saham pagi ini. Namun, tidak seperti ketiga saham lainnya, asing malah ramai-ramai keluar dari saham BBCA dengan catatan net sell sebesar Rp 6,41 miliar, membuat saham ini di peringkat kedua saham dengan net sell terbanyak.

Dalam sepekan saham BBCA terangkat sedikit 0,16%, sementara dalam sebulan masih terkoreksi 0,55%.

Menguatnya saham 'the big four' di atas ikut membantu penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pagi ini. IHSG dibuka dengan apresiasi 0,35% ke level 5.869,21 pagi ini (31/5). Selang 10 menit IHSG masih lanjut melaju di zona hijau 0,31% di level 5.868,43 jelang libur Hari Lahir Pancasila besok hari. Sementara pada pukul 09.21 WIB, IHSG menguat 0,55% ke 5.881,817.

Lonjakan kasus Covid-19 di Asia sedang menjadi perhatian. Malaysia, tetangga dekat Indonesia akan kembali menerapkan lockdown nasional secara total untuk semua sektor sosial dan ekonomi mulai Selasa, 1 Juni 2021 hingga 14 Juni 2021.

Hal tersebut dilakukan setelah pada Jumat (28/5/2021) negara itu memecahkan rekor infeksi harian baru dengan angka 8.290 kasus infeksi. Angka tersebut angka yang tertinggi dalam sejarah pandemi Covid-19 di Malaysia.

Kenaikan kasus Covid-19 di Malaysia bahkan lebih ngeri ketimbang India jika melihat salah satu indikator epidemiologi berupa kenaikan kasus per 1 juta penduduk di Malaysia sudah lebih tinggi dibandingkan dengan India.

Berdasarkan catatan CNBC International, rata-rata kasus infeksi Covid-19 harian di Malaysia per satu juta orang mencapai angka 205, jauh lebih tinggi ketimbang India yang mencapai 150.

Populasi Malaysia memang tak sebesar India karena hanya menampung 32 juta penduduk. Jelas jauh sekali jika dibandingkan dengan Negeri Bollywood. Namun jika angka pertambahan kasus harian per satu juta penduduknya lebih tinggi maka sudah jelas Malaysia sedang dalam keadaan darurat.

Penambahan kasus Covid-19 di Indonesia juga memberikan tanda seru. Jumlah kasus Covid-19 beberapa kali di atas 6.000 di pekan lalu, termasuk 2 hari terakhir. Rata-rata dalam 2 pekan terakhir juga naik menjadi 5.449 kasus, dibandingkan 2 pekan sebelumnya 4.463 kasus.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SMMA Buka Suara Soal Sinarmas AM Bersalah di Kasus Jiwasraya

  Semarang, Kontak Perkasa Futures - PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) menjamin tidak ada dampak yang dirasakan perusahaan atas keputusan pengadilan terkait PT Sinarmas Asset Management (SAM) di perkara korupsi Jiwasraya. Untuk diketahui, SMMA mengendalikan PT Sinarmas Asset Management (SAM) melalui PT Sinarmas Sekuritas, dengan kepemilikan sebesar 99,98%. Dalam keterbukaan informasi yang dikutip Selasa (5/4/2022), SMMA menyebut operasional bisnis dan aset yang dikelola perusahaan tidak terdampak putusan pengadilan. Aktivitas transaksi reksa dana yang dilakukan SAM dipastikan tetap berjalan normal. "SAM dan kami menghormati putusan tersebut dan berterima kasih atas aparat penegak hukum yang telah memproses perkara dimaksud sampai saat ini," tulis perusahaan. Perseroan juga menanggapi putusan denda Rp 1 miliar yang diberikan pengadilan terhadap perusahaan pengelola aset tersebut. SMMA menyebut SAM akan tunduk pada keputusan tersebut jika sudah berkekuatan huku...

Tambang Batu Bara di Kaltara Mau IPO, Cek Profil-Jadwalnya!

  Semarang, PT Kontak Perkasa Futures - Perusahaan tambang baru bara yang memiliki wilayah operasi di Kalimantan Utara, PT Prima Andalan Mandiri Tbk (MCOL), berencana melakukan penawaran umum perdana saham ( initial public offering /IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perseroan bersiap melepas sebanyak-banyaknya 355.560.000 saham baru atau sebanyak-banyaknya 10% dari total modal disetor dan ditempatkan penuh. Berdasarkan prospektus yang dipublikasikan di e-IPO, penawaran awal saham MCOL dilakukan dengan rentang harga Rp 1.420 - Rp 1.600 per saham. Dengan demikian dalam IPO ini target dana antara Rp 504,89 miliar hingga Rp 568,89 miliar. Dalam IPO ini, MCOL memberikan mandat kepada PT Buana Capital Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi. Saat ini perseroan sedang menggelar masa penawaran awal ( book building ) pada 28 Juli -16 Agustus, dengan perkiraan tanggal efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ditargetkan bisa dikantongi pada 30 Agustus mendatang...

Inggris Say Goodbye to Covid-19, Indonesia Juga?

  Semarang, Kontak Perkasa Futures - Setelah dua tahun bergumul dengan pandemi virus corona ( Coronavirus Disease-2019 /Covid-19), Inggris akhirnya sudah muak. Pemerintahan Perdana Menteri (PM) Boris Johnson memutuskan untuk mencabut segala bentuk pembatasan sosial ( sosial distancing ) di Negeri John Bull. Inggris berdamai dengan virus corona. Negeri itu siap hidup berdampingan. Berbicara di hadapan Parlemen Senin (21/2/2022) malam waktu Indonesia, PM dari Partai Konservatif itu memaparkan peta jalan ( road map ) untuk mengakhiri pembatasan sosial dan hidup dengan Covid-19. Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara (yang merupakan bagian dari Inggris Raya) boleh menerapkan kebijakan sendiri. "Covid-19 tidak hilang begitu saja, pemerintah tetap akan memantau berbagai mutasi varian yang mungkin saja berbahaya. Hari ini bukan harinya mendekralarasikan kemenangan terhadap Covid-19, karena virusnya belum pergi," papar Johnson, seperti dikutip dari Reut...