Semarang, Kontak Perkasa Futures - Mayoritas saham emiten tambang nikel ambles ke zona merah pada awal perdagangan pagi ini, Rabu (7/7/2021). Koreksi ini terjadi seiring para pelaku pasar mulai merealisasikan aksi ambil untung (profit taking) setelah Selasa (6/7) kemarin saham-saham tersebut melesat.
Berbeda dari perdagangan kemarin, pagi ini investor asing cenderung melakukan aksi jual bersih (net sell) terhadap saham-saham nikel.
Berikut gerak saham nikel, pukul 09.50 WIB mengacu data BEI:
-
Timah (TINS), saham -3,80%, ke Rp 1.520, net sell Rp 11,41 M
-
Harum Energy (HRUM), -2,87%, ke Rp 5.075, net sell Rp 1,56 M
-
Vale Indonesia (INCO), -2,43%, ke Rp 4.810, net sell Rp 1,57 M
-
Aneka Tambang (ANTM), -2,42%, ke Rp 2.420, net sell Rp 2,72 M
-
Central Omega Resources (DKFT), -2,01%, ke Rp 146, net buy Rp 7,58 juta
-
Pelat Timah Nusantara (NIKL), -1,75%, ke Rp 1.125, net buy Rp 8,45 juta
-
Trinitan Metals and Minerals, +2,83%, ke Rp 109, net sell Rp 306,60 ribu
Menurut data di atas, dari 7 saham yang diamati 6 saham memerah, sementara 1 saham sisanya menguat.
Saham emiten pelat merah TINS menjadi yang paling ambles, yakni 3,80% ke Rp 1.520/saham, setelah kemarin melonjak 8,97%. Asing tercatat ramai-ramai melego saham TINS Rp 11,41 miliar, menjadikan saham TINS sebagai salah satu saham yang paling banyak dijual asing pagi ini. Kendati merosot, selama sepekan saham ini naik 2,01%.
Sepanjang 3 bulan pertama 2021 TINS membukukan laba bersih di kuartal I-2021 sebesar Rp 10,34 miliar. Perseroan membukukan perbaikan kinerja setelah pada periode yang sama tahun lalu, mengalami kerugian Rp 412,85 miliar.
Perseroan berhasil menekan beban keuangan menjadi Rp 98,56 miliar rupiah dibandingkan Rp 214,36 miliar tahun lalu, walau penjualan menurun 44,77% menjadi hanya Rp 2,44 triliun rupiah saja dibandingkan Rp 4,43 triliun rupiah di kuartal pertama tahun lalu.
Di posisi kedua, ada saham emiten besutan taipan Kiki Barki, HRUM, yang ambles 2,87%, setelah kemarin ditutup naik 3,47%. Pelemahan ini diikuti aksi jual bersih asing senilai Rp 1,56 miliar.
Sepanjang 3 bulan pertama 2021, laba bersih HRUM tercatat melonjak secara signifikan sebesar 2.044,38%.
Angka tersebut tumbuh dari US$ 821,38 ribu atau setara dengan Rp 11,50 miliar (asumsi kurs US$ 1 = Rp 14.000) pada triwulan I 2020, menjadi US$ 17,61 juta atau setara dengan Rp 246,58 miliar pada periode yang sama 2021.
Namun, melesatnya laba bersih perusahaan diiringi dengan penurunan penjualan dan pendapatan usaha sebesar 6,72% menjadi US$ 57,08 juta (Rp 799,12 miliar) pada 3 bulan pertama 2021.
Adapun duo saham INCO-ANTM juga terimbas profit taking, yakni secara berturut-turut sebesar 2,43% dan 2,43%. Kemarin, kedua saham tersebut melonjak 4,01% dan 10,71%.
Mengenai kinerja keuangan terbaru, ANTM mencatatkan laba bersih di kuartal I-2021 sebesar Rp 630,37 miliar. Laba bersih ini naik dari periode yang sama tahun lalu yang mana perusahaan mengalami kerugian bersih Rp 281,83 miliar.
Naiknya laba bersih ANTM didongkrak oleh tumbuhnya pendapatan perusahaan hingga 77% secara tahunan (year-on-year/YoY) dari semula Rp 5,20 triliun kini menjadi Rp 9,21 triliun.
Sementara, saham PURE menjadi satu-satunya yang naik, yakni 2,83% ke Rp 109/saham, setelah kemarin saham ini ditutup stagnan di posisi Rp 106/saham.
Berdasarkan data London Metal Exchange (LME), harga komoditas nikel kontrak pembelian 3 bulan naik 0,99% ke US$ 18.550/ton secara harian pada Selasa (6/7). Adapun dalam sepekan, harga nikel terapresiasi 0,59%, sementara dalam sebulan menguat 5,01%.
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20210707094117-17-258902/ramai-ramai-profit-taking-saham-tins-antm-inco-cs-ambruk
Komentar
Posting Komentar