Langsung ke konten utama

Rupiah Perkasa & Menguat Tajam, Awas! Jangan Jumawa Dulu

 Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Semarang, PT Kontak Perkasa FuturesJebloknya indeks dolar Amerika Serikat (AS) membuat rupiah menguat tajam di awal perdagangan Selasa (27/7/2021). Meski demikian, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang akan mengumumkan kebijakan moneter di pekan ini tentunya membuat langkah rupiah tidak akan mudah.

Melansir data Refinitiv, begitu perdagangan dibuka rupiah langsung menguat 0,21% ke Rp 14.450/US$, setelahnya penguatan terpangkas hingga tersisa 0,03% saja pada pukul 9:20 WIB. 
Pergerakan tersebut membuktikan kehati-hatian pelaku pasar jelang pengumuman The Fed. Indeks dolar AS pada Senin kemarin merosot 0,28%, dan berlanjut 0,1% pagi ini.

Tetapi, sewaktu-waktu dolar AS bisa berbalik menguat, sebab di pasar saat ini pendapatan mengenai tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) The Fed masih terbelah, belum ada suara yang dominan.

Ada analis yang memprediksi The Fed akan memberikan panduan tapering di pekan ini, yang lainnya malah berpendapat tapering masih jauh.

Jelang pengumuman kebijakan tersebut posisi beli dolar AS mengalami peningkatan signifikan.

Data terbaru dari Commodity Futures Trading Commission (CFTC) menunjukkan posisi net long dolar AS kini berada di level tertinggi sejak Juni 2020. Artinya, posisi beli dolar AS sedang menumpuk, padahal di awal Juni lalu posisi jual yang masih dominan (net sell).

idr

Dengan besarnya posisi net buy tersebut bisa menjadi "bom waktu" yang membuat dolar AS meledak, dan pemicunya bisa jadi pengumuman kebijakan moneter The Fed.

"Kami memperkirakan The Fed akan memberikan panduan dasar tapering di pekan ini," tulis analis bank of America dalam sebuah catatan kepada nasabahnya yang dikutip CNBC International, Senin (27/7/2021).

Jika itu terjadi, maka "bom waktu" akan meledak, dan dolar AS menguat tajam.

Namun, sejak The Fed mengumumkan kebijakan moneter di bulan Juni lalu, kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) melonjak di Negeri Paman Sam, yang tentunya bisa mengancam pemulihan ekonomi AS. Hal tersebut bisa jadi pertimbangan terbaru The Fed dalam melakukan tapering, apalagi pasar tenaga kerja sudah merasakan dampaknya.

Data klaim tunjangan pengangguran yang dirilis pekan lalu dilaporkan sebanyak 419.000, jauh lebih tinggi dari hasil polling Reuters terhadap para ekonom yang memperkirakan sebajyak 350.000 klaim. Selain itu, rilis tersebut merupakan yang tertinggi sejak pertengahan Mei lalu.

"Data tersebut menunjukkan bukti adanya pelambatan ekonomi," kata Karl Schamotta, kepala strategi pasar di Cambridge Global Payments, sebagaimana dilansir CNBC International, Kamis (22/7/2021).

Sementara itu, Eric Nelson, ahli strategi makro di Well Fargo Securities yang berada di New York mengatakan akan melemah dalam beberapa pekan ke depan, sebab sebab yield obligasi (Treasury) AS sedang mengalami penurunan.

"Dolar AS terlihat lelah setelah reli dalam beberapa pekan terakhir. Dolar AS terlihat kehilangan momentum, baik dari perspektif fundamental maupun teknikal," kata Nelson, sebagaimana dilansir CNBC International, Kamis (22/7/2021).

Pergerakan yield Treasury sering dikaitkan dengan suku bunga di AS. Ketika yield Treasury naik, pelaku pasar berekspektasi bank sentral AS (The Fed) akan mengetatkan kebijakan moneter dengan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (Quantitative Easing/QE) hingga menaikkan suku bunga.

Sehingga ketika yield Treasury mengalami penurunan, artinya ekspektasi pengetatan moneter meredup.

Nelson saat ini yakin, The Fed akan menjadi salah satu bank sentral di dunia yang tertinggal atau paling telat dalam melakukan normalisasi kebijakan moneter.

Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20210727091920-17-263876/rupiah-perkasa-menguat-tajam-awas-jangan-jumawa-dulu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Begini Cerita Lengkap Soal OJK Larang Bank Jual Unit Link

  Semarang, kontak Perkasa Futures - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara tegas menyebutkan akan menindak tegas perusahaan asuransi yang tak menyelesaikan sengketa dengan nasabahnya. Salah satu langkah yang akan diambil adalah melakukan pelarangan penjualan produk unitlink di bank-bank. Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Logistik OJK Anto Prabowo mengatakan langkah ini merupakan bagian dari perlindungan konsumen yang dilakukan otoritas. Diharapkan dengan adanya tindak tegas ini pelaku jasa keuangan tak melakukan pelanggaran. "OJK juga melakukan penyempurnaan regulasi mengenai Unit Link, termasuk akan menindak tegas pelaku usaha jasa keuangan yang melanggar, dan melarang Bank menjual Unit Link dari perusahaan asuransi yang masih belum menyelesaikan sengketa dengan nasabahnya," kata Anto dalam dalam postingan instagram OJK, Kamis (3/2/2022). Dia menyebutkan, mengacu pada ketentuan di POJK No. 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuanga

Teror di Mabes Polri Bisa Ganggu Kepercayaan Investor

PT Kontakperkasa Futures - Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia ( BI ) Solo akan melayani masyarakat yang menukarkan uang pecahan baru saat Ramadhan atau menjelang hari Raya Idul Firtri nanti. Bahkan, masyarakat juga bisa menukarkan uang baru pecahan Rp 75.000. "Jadi kalau (memberi fitrah) Rp 10 ribu, Rp 20 ribu kekecilan, boleh ngasihnya yang Rp 75 ribu. Penukaran ada yang 75 (pecahan Rp 75.000). Berapapun (permintaan) kita penuhi," ujar Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Solo, Nugroho Joko Prastowo, ditemui kantor Bupati Boyolali usai menghadiri pembukaan pelatihan public speaking di Pendopo Pemkab Boyolali, Rabu (31/3/2021). Namun, penukaran uang baru untuk pecahan Rp 75.000 tersebut nantinya dibatasi per orangnya dalam setiap hari. Yaitu per-KTP hanya boleh menukarkan untuk 100 lembar per hari. "Satu hari satu KTP, boleh 100 lembar. Besok lagi boleh lagi 100 lembar lagi, besok lagi boleh lagi, monggo. Kita pokoknya tida