Langsung ke konten utama

Gawat! Rotasi Bumi Terus Melambat, Pertanda Apa Ini?

 Pemandangan Bumi dari Luar Angkasa (Twitter/@Inspiration4)

Semarang, Kontak Perkasa Futures - Satu hari setara dengan 86.400 detik atau 24 jam. Ini merupakan waktu yang dibutuhkan untuk Bumi berotasi satu kali. Namun, Bumi tidak berotasi sempurna secara seragam.

Namun ahli menemukan, rotasi Bumi sebenarnya melambat sehingga panjang hari meningkat rata-rata sekitar 1,8 milidetik per abad. Ini berarti bahwa 600 juta tahun yang lalu satu hari hanya berlangsung selama 21 jam.

Tahun ini, Bumi dikabarkan berotasi jauh lebih lambat dari biasanya. Namun para ilmuwan belum tahu apa yang membuat hal ini terjadi. Menurut mereka, rotasi yang melambat ini akan terus berlangsung, dikutip Science Times, Jumat (3/12/2021).

Forbes mencatat Bumi memang tidak selalu berfungsi seperti seharusnya. Ini bergantung pada pergerakan inti, laut dan atmosfer, serta pergerakannya agak berfluktuasi sepanjang waktu.

Sementara Time and Date mengungkap waktu rotasi Bumi di paruh pertama 2021 masih lebih cepat, yakni panjang hari rata-rata 0,39 milidetik lebih pendek dari tahun 2020. Sedangkan pada 1 Juli dan 30 September, hari diperpanjang rata-rata 0,05 milidetik dibandingkan dengan tahun 2020.

"Ini menandakan bahwa rotasi Bumi tidak lagi berakselerasi. Namun terus berputar lebih cepat dari biasanya. Dalam waktu sekitar sepuluh tahun, detik kabisat negatif mungkin diperlukan berdasarkan tingkat rotasi saat ini," ungkap para ahli.

Melansir Express UK, para ilmuwan antariksa menggunakan apa yang disebut jam atom untuk mengatur Waktu Terkoordinasi Universal (UTC). Para profesional bisa memperkirakan waktu yang tepat di Bumi dengan pergerakan elektron atom berkat jam efektif ini.

Sedangkan tahun 2020, beberapa ilmuwan memperhatikan jika rotasi planet telah dipercepat. Karena para ahli mengubah standard detik Bumi.

Berdasarkan database baru, Bumi telah melambat hingga 0,5 milidetik dalam periode 1 Juli hingga 30 September lalu. Menurut mereka, bencana itu diklaim akan terus melambat.

Science Alert menuliskan, gaya yang dihasilkan Bulan kemungkinan berdampak pada rotasi Bumi. Jika tarikan gravitasi satelit alami planet terlalu kuat, kemungkinan besar akan berputar lebih lambat dari biasanya.

Gempa Bumi juga jadi penyebab umum dari rotasi Bumi yang melambat. Sebab peristiwa tersebut dapat mengubah distribusi massa planet.

Namun belum ada peringatan dari para ahli jelas mengenai kejadian rotasi planet melambat.

Science Focus BBC juga melaporkan lambatnya rotasi Bumi mungkin memiliki konsekuensi besar bagi teknologi, misalnya satelit GPS, ponsel, komputer, dan jaringan komunikasi. Ini semua bergantung pada sistem waktu yang tepat.

Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/tech/20211203071030-37-296309/gawat-rotasi-bumi-terus-melambat-pertanda-apa-ini

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cek! Biar Ngerti, Ini 10 Parameter Pemilihan Baterai Listrik

  Indonesia memasuki era baru industri baterai listrik. Pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan mengumumkan pembentuk Indonesia Battery Corporation (IBC), induk usaha yang dibentuk untuk mengelola industri baterai terintegrasi dari hulu sampai ke hilir di Tanah Air. Apakah Indonesia terlambat? Pasalnya sudah 200 tahun terakhir sudah terjadi perkembangan signifikan baik dari segi riset pengembangan hingga penggunaan baterai untuk keperluan sehari-hari. Pemilihan baterai yang tepat tentu menjadi keputusan yang harus diperhatikan dengan teliti dan didasari oleh anslisis yang dalam dan menyuluruh. Pemilihan bateri tentu saja dipengaruhi oleh berbagai batasan, dari harga material hingga keamanan rantai pasokan. Berikut ini 10 parameter utama yang perlu diperhatikan dalam pemilihan baterai: 1. Spesific Energy Spesific energy adalah total muatan energi yang dapat disimpan di dalam baterai. Semakin banyak energi yang mampu disimpan, tentu ...

SMMA Buka Suara Soal Sinarmas AM Bersalah di Kasus Jiwasraya

  Semarang, Kontak Perkasa Futures - PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) menjamin tidak ada dampak yang dirasakan perusahaan atas keputusan pengadilan terkait PT Sinarmas Asset Management (SAM) di perkara korupsi Jiwasraya. Untuk diketahui, SMMA mengendalikan PT Sinarmas Asset Management (SAM) melalui PT Sinarmas Sekuritas, dengan kepemilikan sebesar 99,98%. Dalam keterbukaan informasi yang dikutip Selasa (5/4/2022), SMMA menyebut operasional bisnis dan aset yang dikelola perusahaan tidak terdampak putusan pengadilan. Aktivitas transaksi reksa dana yang dilakukan SAM dipastikan tetap berjalan normal. "SAM dan kami menghormati putusan tersebut dan berterima kasih atas aparat penegak hukum yang telah memproses perkara dimaksud sampai saat ini," tulis perusahaan. Perseroan juga menanggapi putusan denda Rp 1 miliar yang diberikan pengadilan terhadap perusahaan pengelola aset tersebut. SMMA menyebut SAM akan tunduk pada keputusan tersebut jika sudah berkekuatan huku...

Batu Bara Sampai Emas Meroket di Kuartal I, RI Makin Kaya

  Semarang, Kontak Perkasa Futures -  Harga komoditas global melonjak sepanjang kuartal I-2022. Eskalasi geopolitik antara Rusia dan Ukraina jadi tema utama penguatan harga-harga hasil bumi tersebut.  Bahkan hingga mengukir rekor harga baru.  Batu bara jadi juara komoditas dengan kenaikan 66,1% sepanjang kuartal I-2022. Sementara emas jadi paling bontot dengan kenaikan 5,2% sepanjang kuartal pertama 2022.  Lonjakan harga komoditas juga menguntungkan bagi Indonesia sebagai produsen hasil bumi utama dunia. Indonesia pun bisa mendapatkan pundi-pundi dari perdagangan ekspor yang mayoritas andalannya merupakan barang komoditas seperti batu bara, minyak kelapa sawit, tembaga, dan lain-lain.  Batu Bara Harga batu bara terdorong oleh kekhawatiran pasar atas sanksi Rusia oleh negara barat dengan "mendepaknya" dari sistem keuangan internasional. H arga batu bara sempat me...