Semarang, PT KP Press - Harga minyak mentah dunia mengalami volatilitas tinggi selama era pandemi. Sempat berada di area minus pada 2020, harga energi utama dunia ini berbalik menguat dan sempat menyentuh level US$ 100 per barel di 2021. Lanjut di 2022?
Sepanjang tahun lalu, harga minyak mentah dunia meroket, di
mana minyak jenis Brent melesat 50,12% dalam setahun, sedangkan jenislight sweet(West Texas Intermediate/WTI) meroket 55%. Pencapaian tersebut menjadi yang terbaik sejak tahun 2016.
Lonjakan harga minyak mentah tersebut didorong oleh tingginya
permintaan karena pelonggaran aturan mobilitas masyarakat. Permintaan
minyak mentah pada 2021 meningkat 5,5 juta barel per hari (bph) dari
2020 menjadi 96,5 juta bph.
Permintaan bahan bakar menjadi pendorong utama permintaan minyak tahun 2021 dengan kenaikan 1,7 juta bph menjadi 25,4 juta bph. Dari sisi pasokan, produksi minyak dunia jatuh pada 2020. Meski mencoba bangkit, pasokan tak bisa mengejar laju permintaan yang tinggi.
Tahun ini, harga si emas hitam masih berpeluang naik lagi dan bahkan bisa menembus level US$ 100/barel, menyusul masih adanya beberapa faktor kuat yang menjadi penopang tren bullish seperti ketidakseimbangan permintaan dan pasokan, hingga ketegangan di Eropa Timur.
Faktor pertama muncul dari persoalan pandemi. Mobilitas masyarakat yang semakin longgar setelah vaksinasi massal di beberapa negara diprediksi akan kembali meningkat, terutama setelah varian terbaru yakni Omicron diketahui tak memicu gejala parah.
Beberapa negara menyatakan berdamai dengan Covid-19, salah satunya Inggris. Ketika mobilitas dibuka, permintaan minyak akan meningkat terutama dari sektor transportasi sebagai konsumen terbesar, terutama setelah permintaan avtur di dunia penerbangan kembali pulih.
International Energy Administration (IEA) memperkirakan permintaan minyak dunia akan meningkat sebesar 3,2 juta bph tahun ini. menjadi 100,6 juta bph menyusul pelonggaran pembatasan sosial.
Masalahnya, lonjakan permintaan tidak sejalan dengan kenaikan produksi yang lamban. Pandemi telah memaksa penutupan atau pengurangan kapasitas produksi kilang minyak, sehingga tak semudah itu membalikkan kembali produksi guna mengikuti permintaan pasar.
Dengan demikian kenaikan harga minyak karena faktor fundamental yakni lonjakan permintaan akan mendapatkan katalis tambahan dari faktor fundamental juga, yakni dari sisi pasokan yang masih terbatas. Dua hal ini memicu ekspektasi harga energi utama dunia ini akan terus melesat.
Komentar
Posting Komentar