Langsung ke konten utama

Setelah Deleveraging, Pasar Kripto Cari Arah Baru


Pasar kripto diperdagangkan sedikit lebih tinggi pada Rabu, dengan Bitcoin (BTC) bergerak terbatas di kisaran US$112.000–113.000, sementara Ethereum (ETH) bertahan di sekitar US$4.100. Investor masih menunggu petunjuk baru dari rilis data PCE AS akhir pekan ini, terutama setelah komentar hati-hati dari Ketua Federal Reserve, Jerome Powell. Sentimen pasar masih rapuh menyusul peristiwa deleveraging terbesar sepanjang tahun yang memicu tekanan luas pada awal pekan, sehingga pelaku pasar lebih defensif di area teknikal kunci.

Arus modal institusional pun belum solid. ETF spot Bitcoin di AS mencatat arus keluar bersih sekitar US$104 juta pada 23 September, dipimpin oleh FBTC dan ARKB, meskipun IBIT dan BTCO sempat membukukan aliran masuk kecil. Indeks Crypto Fear & Greed turun ke kisaran 40–44 (Fear/Neutral), menandakan minat risiko investor melemah dibanding pekan lalu. Dari sisi harga, altcoin tertinggal di belakang BTC dan ETH; beberapa koin utama seperti Solana (SOL) mengalami pelemahan lebih tajam, menegaskan rotasi dana kembali ke aset kripto berkapitalisasi besar.

Ke depan, pasar tengah menimbang dua katalis utama: jalur pemangkasan suku bunga The Fed serta perkembangan regulasi ETF kripto di AS. Regulator mempercepat peluncuran produk ETF baru, membuka peluang hadirnya instrumen berbasis koin selain BTC dan ETH pada kuartal keempat. Hal ini berpotensi meningkatkan likuiditas pasar, meskipun arah permintaan masih belum jelas.

Secara teknikal, kemampuan BTC bertahan di atas US$112.000 menjaga skenario konsolidasi tetap valid. Namun, penembusan ke bawah level ini dapat memicu likuidasi lanjutan hingga menguji support US$110.000. Sebaliknya, jika data PCE memberikan sinyal positif yang “jinak”, BTC berpotensi menguji resistance di kisaran US$115.000–117.000 dalam jangka pendek.

Dengan kondisi sentimen yang rapuh, dominasi aset kripto besar, serta ekspektasi kebijakan moneter yang belum pasti, pasar kripto masih berada dalam fase pencarian arah baru. Investor jangka pendek cenderung berhati-hati, sementara investor institusional menunggu kepastian regulasi dan momentum makroekonomi untuk kembali mengakselerasi arus modal ke aset digital.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SMMA Buka Suara Soal Sinarmas AM Bersalah di Kasus Jiwasraya

  Semarang, Kontak Perkasa Futures - PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) menjamin tidak ada dampak yang dirasakan perusahaan atas keputusan pengadilan terkait PT Sinarmas Asset Management (SAM) di perkara korupsi Jiwasraya. Untuk diketahui, SMMA mengendalikan PT Sinarmas Asset Management (SAM) melalui PT Sinarmas Sekuritas, dengan kepemilikan sebesar 99,98%. Dalam keterbukaan informasi yang dikutip Selasa (5/4/2022), SMMA menyebut operasional bisnis dan aset yang dikelola perusahaan tidak terdampak putusan pengadilan. Aktivitas transaksi reksa dana yang dilakukan SAM dipastikan tetap berjalan normal. "SAM dan kami menghormati putusan tersebut dan berterima kasih atas aparat penegak hukum yang telah memproses perkara dimaksud sampai saat ini," tulis perusahaan. Perseroan juga menanggapi putusan denda Rp 1 miliar yang diberikan pengadilan terhadap perusahaan pengelola aset tersebut. SMMA menyebut SAM akan tunduk pada keputusan tersebut jika sudah berkekuatan huku...

Cek! Biar Ngerti, Ini 10 Parameter Pemilihan Baterai Listrik

  Indonesia memasuki era baru industri baterai listrik. Pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan mengumumkan pembentuk Indonesia Battery Corporation (IBC), induk usaha yang dibentuk untuk mengelola industri baterai terintegrasi dari hulu sampai ke hilir di Tanah Air. Apakah Indonesia terlambat? Pasalnya sudah 200 tahun terakhir sudah terjadi perkembangan signifikan baik dari segi riset pengembangan hingga penggunaan baterai untuk keperluan sehari-hari. Pemilihan baterai yang tepat tentu menjadi keputusan yang harus diperhatikan dengan teliti dan didasari oleh anslisis yang dalam dan menyuluruh. Pemilihan bateri tentu saja dipengaruhi oleh berbagai batasan, dari harga material hingga keamanan rantai pasokan. Berikut ini 10 parameter utama yang perlu diperhatikan dalam pemilihan baterai: 1. Spesific Energy Spesific energy adalah total muatan energi yang dapat disimpan di dalam baterai. Semakin banyak energi yang mampu disimpan, tentu ...

Batu Bara Sampai Emas Meroket di Kuartal I, RI Makin Kaya

  Semarang, Kontak Perkasa Futures -  Harga komoditas global melonjak sepanjang kuartal I-2022. Eskalasi geopolitik antara Rusia dan Ukraina jadi tema utama penguatan harga-harga hasil bumi tersebut.  Bahkan hingga mengukir rekor harga baru.  Batu bara jadi juara komoditas dengan kenaikan 66,1% sepanjang kuartal I-2022. Sementara emas jadi paling bontot dengan kenaikan 5,2% sepanjang kuartal pertama 2022.  Lonjakan harga komoditas juga menguntungkan bagi Indonesia sebagai produsen hasil bumi utama dunia. Indonesia pun bisa mendapatkan pundi-pundi dari perdagangan ekspor yang mayoritas andalannya merupakan barang komoditas seperti batu bara, minyak kelapa sawit, tembaga, dan lain-lain.  Batu Bara Harga batu bara terdorong oleh kekhawatiran pasar atas sanksi Rusia oleh negara barat dengan "mendepaknya" dari sistem keuangan internasional. H arga batu bara sempat me...