Pasar saham Jepang mengalami tekanan signifikan pada perdagangan Kamis, dipimpin oleh kejatuhan saham-saham di sektor elektronik dan teknologi. Indeks Nikkei anjlok 1,4% ke level 48.612,62 setelah sebelumnya sempat menguat karena optimisme terhadap kebijakan ekonomi Perdana Menteri baru, Sanae Takaichi. Namun, euforia pasar mulai memudar seiring munculnya kembali kekhawatiran global yang menekan sentimen investor.
Sektor teknologi menjadi penekan utama pergerakan indeks. Saham Tokyo Electron anjlok 3,8%, SoftBank Group turun 3,2%, dan Renesas Electronics merosot 3,6%. Para investor melakukan aksi ambil untung setelah lonjakan kuat dalam beberapa hari terakhir, sekaligus merespons meningkatnya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok serta sanksi baru Washington terhadap raksasa minyak Rusia.
Selain itu, penguatan dolar AS terhadap yen turut memperburuk tekanan di bursa. Nilai tukar dolar menguat ke 152,13 dari posisi 151,80 pada penutupan perdagangan Rabu di Tokyo. Penguatan ini membuat produk ekspor Jepang menjadi lebih mahal di pasar global, sehingga mempersempit margin keuntungan bagi perusahaan-perusahaan besar berbasis ekspor seperti Toyota, Sony, dan Panasonic.
Para pelaku pasar kini menantikan langkah konkret dari pemerintahan Takaichi untuk menstabilkan perekonomian. Banyak kalangan berharap kebijakan fiskal baru atau stimulus tambahan segera diumumkan guna mengembalikan kepercayaan investor. Meski Takaichi dikenal pro-bisnis, arah kebijakan ekonominya masih belum sepenuhnya jelas, terutama terkait penanganan inflasi, pajak korporasi, dan dukungan terhadap sektor manufaktur.
Untuk sementara, investor memilih bersikap hati-hati di tengah gejolak global dan ketidakpastian arah kebijakan ekonomi Jepang. Kondisi pasar yang rapuh, ditambah tekanan eksternal dari sanksi dan perang dagang, membuat pelaku pasar cenderung menahan diri dari aksi beli besar-besaran hingga terdapat sinyal yang lebih pasti dari pemerintah.
Poin Penting:
-
Indeks Nikkei turun 1,4% dipimpin oleh pelemahan saham teknologi.
-
Ketegangan perdagangan AS–Tiongkok dan sanksi terhadap Rusia menekan sentimen global.
-
Penguatan dolar AS terhadap yen memperburuk prospek ekspor Jepang.
-
Investor menantikan kebijakan ekonomi konkret dari pemerintahan Perdana Menteri Sanae Takaichi.
Sumber: Newsmaker.id
Komentar
Posting Komentar