Langsung ke konten utama

Saham Hong Kong Tetap Tertekan di Tengah Pelemahan Pasar Global dan Data China yang Lemah


Pasar saham Hong Kong kembali berada di bawah tekanan pada sesi perdagangan Selasa pagi, dengan indeks acuan turun 371 poin atau sekitar 1,4% ke level 25.258. Penurunan ini memperpanjang koreksi tajam dari sesi sebelumnya, seiring seluruh sektor bergerak di zona merah. Sentimen risiko memburuk akibat pelemahan bursa China daratan, menyusul rilis data November yang menunjukkan kinerja industri dan penjualan ritel masih rapuh di tengah permintaan eksternal yang lemah serta kondisi domestik yang belum stabil.

Tekanan pada saham Hong Kong juga diperkuat oleh sentimen negatif dari Wall Street. Pelemahan berkelanjutan pada sektor teknologi dan kecerdasan buatan (AI) di Amerika Serikat memberikan sinyal kehati-hatian bagi investor global, mendorong aksi jual lanjutan di pasar Asia. Akibatnya, indeks saham Hong Kong mendekati level terendah dalam sepekan, mencerminkan meningkatnya aversi risiko dan minimnya katalis positif jangka pendek.

Meski demikian, tekanan pasar sedikit tertahan oleh data domestik yang relatif konstruktif. Statistik terbaru menunjukkan bahwa output manufaktur Hong Kong meningkat untuk kuartal keempat berturut-turut pada kuartal III 2025, mencatatkan laju pertumbuhan terkuat dalam hampir tiga tahun terakhir. Data ini memberikan sinyal bahwa sektor riil Hong Kong masih memiliki daya tahan, meskipun dibayangi ketidakpastian global dan perlambatan ekonomi regional.

Dari sisi global, arus dana juga menunjukkan dinamika yang kontras. Hedge fund tercatat menambah posisi pada saham Amerika Serikat untuk minggu keenam berturut-turut, mengindikasikan masih adanya minat selektif terhadap aset berisiko, meskipun volatilitas meningkat. Namun, sentimen positif ini belum cukup kuat untuk mengangkat pasar Hong Kong yang masih dibebani faktor eksternal dan tekanan regional.

Pada level korporasi, perhatian investor tertuju pada China Vanke yang mengumumkan rencana menggelar pertemuan kedua dengan para pemegang obligasi. Langkah ini diambil setelah perusahaan gagal memperoleh persetujuan untuk memperpanjang jatuh tempo pembayaran obligasi selama satu tahun yang seharusnya dibayar pada hari Senin. Perkembangan ini kembali menyoroti risiko kredit di sektor properti China, yang masih menjadi sumber kekhawatiran utama bagi pasar.

Sejumlah saham berkapitalisasi besar memimpin pelemahan pada sesi awal perdagangan. XPeng terkoreksi 3,2%, SenseTime melemah 2,8%, Xiaomi turun 1,8%, sementara Kunlun Energy kehilangan 1,3%. Tekanan pada saham-saham ini mencerminkan kombinasi sentimen negatif terhadap sektor teknologi, energi, dan properti, sekaligus mempertegas bahwa pasar Hong Kong masih berada dalam fase defensif di tengah ketidakpastian ekonomi global.


Source: Trading Economics

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cek! Biar Ngerti, Ini 10 Parameter Pemilihan Baterai Listrik

  Indonesia memasuki era baru industri baterai listrik. Pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan mengumumkan pembentuk Indonesia Battery Corporation (IBC), induk usaha yang dibentuk untuk mengelola industri baterai terintegrasi dari hulu sampai ke hilir di Tanah Air. Apakah Indonesia terlambat? Pasalnya sudah 200 tahun terakhir sudah terjadi perkembangan signifikan baik dari segi riset pengembangan hingga penggunaan baterai untuk keperluan sehari-hari. Pemilihan baterai yang tepat tentu menjadi keputusan yang harus diperhatikan dengan teliti dan didasari oleh anslisis yang dalam dan menyuluruh. Pemilihan bateri tentu saja dipengaruhi oleh berbagai batasan, dari harga material hingga keamanan rantai pasokan. Berikut ini 10 parameter utama yang perlu diperhatikan dalam pemilihan baterai: 1. Spesific Energy Spesific energy adalah total muatan energi yang dapat disimpan di dalam baterai. Semakin banyak energi yang mampu disimpan, tentu ...

SMMA Buka Suara Soal Sinarmas AM Bersalah di Kasus Jiwasraya

  Semarang, Kontak Perkasa Futures - PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) menjamin tidak ada dampak yang dirasakan perusahaan atas keputusan pengadilan terkait PT Sinarmas Asset Management (SAM) di perkara korupsi Jiwasraya. Untuk diketahui, SMMA mengendalikan PT Sinarmas Asset Management (SAM) melalui PT Sinarmas Sekuritas, dengan kepemilikan sebesar 99,98%. Dalam keterbukaan informasi yang dikutip Selasa (5/4/2022), SMMA menyebut operasional bisnis dan aset yang dikelola perusahaan tidak terdampak putusan pengadilan. Aktivitas transaksi reksa dana yang dilakukan SAM dipastikan tetap berjalan normal. "SAM dan kami menghormati putusan tersebut dan berterima kasih atas aparat penegak hukum yang telah memproses perkara dimaksud sampai saat ini," tulis perusahaan. Perseroan juga menanggapi putusan denda Rp 1 miliar yang diberikan pengadilan terhadap perusahaan pengelola aset tersebut. SMMA menyebut SAM akan tunduk pada keputusan tersebut jika sudah berkekuatan huku...

Top! Begini Strategi Ekspansi BRMS di Produksi Emas

  Semarang, PT KPF - Anak usaha PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) gencar melakukan ekspansi pengeboran dan pembangunan pabrik demi mencapai target pengolahan 8.500 ton bijih emas per hari. Direktur & Investor Relations BRMS Herwin Hidayat mengatakan setidaknya ada 3 rencana ekspansi perusahaan yang telah dimulai pada tahun lalu. Ekspansi ini dilakukan melalui anak usaha perseroan, yakni PT Citra Palu Minerals. Rencana ekspansi pertama adalah pengeboran 4 prospek emas di Poboya, Palu Selawesi Tengah yang dimulai pada Kuartal II-2021. "Hasilnya segera kita umumkan, yakni pada tahap pertama di November 2021. Targetnya diharapkan kita dapat menemukan tambahan cadangan bijih emas sekitar 5 juta ton dalam bentuk cadangan maupun sumber daya," ujar Herwin dalam sebuah diskusi belum lama ini. Rencana ekspansi selanjutnya adalah adalah pembangunan pabrik pengolahan II dengan kapasitas 4.000 ton perhari. Konstruksi pabrik ini diharapk...