Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2025
OPEC+ Tambah Produksi, Namun Ketidakpastian Besar Masih Membayangi Pasar Minyak Global Keputusan OPEC+ untuk menaikkan produksi minyak sebesar 547.000 barel per hari mulai September menandai berakhirnya pemangkasan dua tahun yang sebelumnya dirancang untuk menahan kejatuhan harga dan menyeimbangkan pasar global. Langkah ini diposisikan sebagai strategi perebutan kembali pangsa pasar sekaligus angin segar bagi negara-negara konsumen, termasuk Amerika Serikat. Namun di balik langkah tersebut, masih tersisa tanda tanya besar: kapan tambahan 1,66 juta barel per hari yang masih ditahan akan kembali mengalir ke pasar? Respons Pasar Tenang, Namun Ketidakpastian Terus Menggantung Harga Brent hanya turun tipis 0,4% menuju kisaran USD 69,38 per barel pada awal sesi Asia, sebuah reaksi yang menunjukkan pasar belum membaca keputusan ini sebagai pemicu perubahan drastis. Para delegasi OPEC+ menegaskan bahwa seluruh opsi tetap terbuka—mulai dari menunda suplai tambahan, mempertahankan volume saat...
Ancaman BRICS Belum Berakhir: Ketegangan Dagang Global Memanas Kembali Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali memicu ketegangan global dengan mengancam akan menerapkan tarif impor sebesar 10% terhadap negara-negara anggota BRICS. Dalam pernyataannya pada Jumat, Trump menyebut bahwa jika BRICS terus melakukan ekspansi besar, kelompok itu “tidak akan bertahan lama”. Meski tidak menyebut nama negara secara spesifik, ia menegaskan bahwa AS tidak akan membiarkan negara-negara lain “menggeruduk” kepentingannya. Ancaman ini menunjukkan meningkatnya friksi antara Washington dan kelompok ekonomi yang semakin berpengaruh tersebut. Sebelumnya, pada 6 Juli, Trump juga mengumumkan rencana tarif baru bagi negara yang dianggap mendukung kebijakan BRICS yang dinilainya “anti-Amerika”. BRICS—yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, serta negara-negara berkembang seperti Iran dan Indonesia—semakin dilihat sebagai alternatif diplomasi multilateral di tengah memanasnya h...
Saham Asia Melemah, SoftBank Anjlok 10% di Tengah Sentimen Pasar yang Rawan Pasar saham Asia tergelincir pada perdagangan Rabu, dipicu oleh respons investor terhadap data perdagangan Jepang serta dinamika politik terbaru di Tokyo. Data ekspor Jepang mencatat kenaikan 4,2% secara tahunan pada September, mengakhiri penurunan selama empat bulan berturut-turut. Namun, capaian tersebut masih berada di bawah proyeksi pasar sebesar 4,6%. Peningkatan permintaan dari Asia membantu menutupi penurunan pengiriman ke Amerika Serikat, mencerminkan perubahan aliran perdagangan yang memengaruhi prospek pertumbuhan Jepang. Perhatian pasar juga tertuju pada pembentukan kabinet pemerintahan baru di bawah Perdana Menteri Sanae Takaichi yang resmi dilantik. Dalam jajaran kabinet tersebut, Shinjiro Koizumi ditunjuk sebagai Menteri Pertahanan, sementara Satsuki Katayama mencetak sejarah sebagai Menteri Keuangan wanita pertama Jepang. Meski perubahan politik ini dianggap signifikan, investor tetap berhati-h...
Bursa Eropa Menguat di Akhir Sesi, Saham Minyak dan Gas Melemah Seiring Turunnya Harga Minyak Pasar saham Eropa ditutup lebih tinggi pada perdagangan Senin, menguat stabil sepanjang sesi sore meski sempat mengalami fluktuasi tipis di awal perdagangan. Investor mencerna perkembangan terbaru situasi geopolitik di Timur Tengah yang tampak mereda, memberikan sedikit ruang bagi pasar untuk pulih setelah pekan penuh ketegangan. Indeks Stoxx 600 pan-Eropa berakhir menguat 0,47% secara provisional. Kenaikan dipimpin oleh sektor media yang naik 1,6% serta sektor konstruksi yang melesat 2%, menunjukkan rotasi sektor yang cukup kuat ketika risiko geopolitik mulai mereda. Sebaliknya, saham minyak dan gas terkoreksi 1,4% setelah mengikuti pergerakan harga minyak yang anjlok lebih dari 6% di pasar global. Penurunan harga minyak dipicu oleh meredanya kekhawatiran terhadap eskalasi konflik Timur Tengah. Serangan udara Israel terhadap Iran pada akhir pekan dilaporkan tidak menyasar fasilitas minyak ...
Respons Tegas Mahkamah Agung Brasil atas Ancaman Tarif Trump Terkait Kasus Bolsonaro Mahkamah Agung Brasil memberikan respons keras terhadap ancaman tarif 50% yang disampaikan Presiden Amerika Serikat Donald Trump terkait proses hukum terhadap mantan Presiden Jair Bolsonaro. Trump mengancam akan memberlakukan tarif tersebut pada 9 Juli jika pengadilan Brasil tetap melanjutkan penyelidikan kasus Bolsonaro. Meskipun tengah berada dalam masa reses, sejumlah hakim Mahkamah Agung—termasuk Alexandre de Moraes, yang memimpin proses penyidikan—segera menyusun respons yang menegaskan bahwa langkah mereka bertujuan mempertahankan kedaulatan Brasil, bukan meredakan ketegangan dengan AS. Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva juga menegaskan bahwa Brasil adalah negara berdaulat dengan lembaga-lembaga independen. Pernyataan ini memperjelas pemisahan kekuasaan antara eksekutif dan yudikatif, sekaligus menunjukkan sikap tegas Brasil terhadap tekanan AS dalam kasus Bolsonaro. Mahkamah Agung menil...
Harga Minyak Melemah di Tengah Gencatan Senjata Israel–Hezbollah dan Penurunan Stok AS Harga minyak dunia kembali mencatat penurunan tipis dalam perdagangan Asia pada Rabu, memperpanjang tren pelemahan setelah Israel menyetujui kesepakatan gencatan senjata selama dua bulan. Sentimen pasar yang lebih tenang akibat meredanya ketegangan geopolitik menjadi faktor utama yang menekan harga minyak dalam dua sesi terakhir. Kontrak futures Brent untuk pengiriman Januari turun 0,2% ke USD 72,70 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) juga turun 0,2% ke USD 68,30 per barel pada pukul 20:47 ET (01:47 GMT). Meskipun penurunan ini relatif kecil, pergerakan harga mencerminkan sikap hati-hati pelaku pasar yang kini menimbang dampak geopolitik dan dinamika fundamental pasar minyak. Sebagian tekanan tersebut sedikit teredam oleh laporan Reuters yang menyebutkan bahwa OPEC+ tengah mempertimbangkan penundaan lebih lanjut terhadap rencana peningkatan produksi. Keputusan resmi akan dibahas dal...
Mengapa Harga Perak Mendadak Turun? Inilah Penyebabnya Harga perak global mengalami penurunan tajam setelah sebelumnya mencatat reli signifikan di awal tahun. Pergerakan ini mengejutkan sebagian pelaku pasar, terutama setelah logam mulia tersebut sempat menjadi salah satu aset dengan performa terbaik di paruh pertama tahun ini. Salah satu faktor utama yang memicu koreksi harga adalah aksi ambil untung (profit-taking) dari para investor yang sebelumnya membeli di level tinggi dan kini mulai merealisasikan keuntungan mereka. Selain faktor teknikal tersebut, membaiknya kondisi ekonomi global juga turut menekan permintaan terhadap aset safe haven seperti perak. Ketika risiko ekonomi mulai berkurang dan prospek pertumbuhan global menunjukkan sinyal positif, minat terhadap instrumen lindung nilai umumnya menurun. Hal ini menyebabkan arus modal beralih kembali ke aset-aset berisiko seperti saham dan obligasi korporasi, yang menawarkan potensi imbal hasil lebih tinggi dibanding logam mulia. ...
AUD/USD Bertahan di Bawah 0,6600 Tertekan Tarif Trump dan Data China yang Lemah Pasangan mata uang AUD/USD terus berada dalam tekanan jual di sekitar 0,6580 pada sesi Asia awal Senin. Kombinasi data ekonomi Tiongkok yang lebih lemah dari perkiraan serta ancaman tarif baru dari Donald Trump menekan kinerja dolar Australia (AUD) yang dikenal sebagai mata uang proksi China. Dalam pekan ini, fokus pasar akan tertuju pada rilis Indeks Harga Konsumen (CPI) AS bulan Oktober dan data ketenagakerjaan Australia yang berpotensi menjadi pemicu volatilitas berikutnya. Data inflasi Tiongkok menunjukkan perlambatan yang semakin terasa. CPI hanya naik pada laju paling lambat dalam empat bulan selama Oktober, sementara deflasi harga produsen (PPI) semakin dalam. Angka tersebut dipublikasikan oleh Biro Statistik Nasional China pada Sabtu lalu. Situasi ini mencerminkan lemahnya permintaan domestik yang masih tertekan oleh krisis properti, sehingga memukul kepercayaan bisnis dan konsumen. Di saat yang s...
Bank Sentral Terus Borong Emas: Strategi Global di Tengah Ketidakpastian Ekonomi 2025 Bank sentral di berbagai negara kembali memperkuat cadangan emas mereka, menjadi salah satu pendorong utama stabilnya harga emas di tengah ketidakpastian ekonomi global. Pada kuartal pertama 2025, bank sentral menambah sekitar 244 ton emas ke dalam cadangan mereka. Pembelian terbesar dilakukan oleh Bank Sentral Polandia dengan sekitar 49 ton, disusul Bank Rakyat Tiongkok (PBoC) sekitar 13 ton. Total cadangan emas Tiongkok kini mencapai 2.292 ton, menegaskan posisinya sebagai salah satu pemegang emas terbesar di dunia. Memasuki Agustus 2025, pembelian emas global oleh bank sentral mencapai sekitar 19 ton. Survei World Gold Council (WGC) menunjukkan 95% bank sentral berencana menambah cadangan emas dalam 12 bulan ke depan. Data tersebut menegaskan bahwa emas tetap menjadi instrumen lindung nilai utama terhadap inflasi, pelemahan mata uang, serta risiko geopolitik yang semakin meningkat di berbagai kaw...
Sentimen Dovish Menguat, Pasar Kripto Melonjak Menjelang Rilis CPI AS Pasar kripto menguat tajam pada Kamis, didorong oleh membaiknya sentimen risiko global dan ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter oleh Federal Reserve. Bitcoin (BTC) diperdagangkan di kisaran US$114.000 , sementara Ethereum (ETH) stabil di sekitar US$4.430 , dan Solana (SOL) mendekati US$225 . Kenaikan ini mencerminkan optimisme pasar, meskipun pelaku pasar tetap berhati-hati menjelang rilis data inflasi konsumen (CPI) Amerika Serikat malam ini. Pendorong utama reli kripto berasal dari data Producer Price Index (PPI) AS untuk bulan Agustus yang lebih lemah dari perkiraan. Data ini memperkuat keyakinan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada pertemuan minggu depan. Fed fund futures kini menempatkan pemangkasan 25 basis poin sebagai skenario utama, dengan peluang pemangkasan 50 basis poin masih sangat kecil—sekitar 10%. Prospek suku bunga yang lebih rendah biasanya mendukung aset berisiko, termasuk kripto, ...